Senin, 15 September 2008

BARU KUSADARI


Sabtu sampai Selasa: 13-16 September 2008 di rumah ga ada pembantu, ga ada Oma, ga ada adik ipar hanya ada istri tercinta dengan dua anakku yang masih kecil-kecil; yang satu dua bulan lagi baru genap 2 tahun dan yang kecil masih 2 bulan beberapa hari.
Aku sempat khawatir bagaimana keadaan istriku di rumah. Pasti repot banget. Bagaimana kalau istriku mau ke belakang, sementara yang besar dan yang kecil lagi nangis; bagaimana di rumah sendiri dengan 2 anak yang masih kecil? Aku bekerja di sekolah dan di paroki tidak tenang. Tetapi, baru kusadari.......

Rafa, anakku yang besar sungguh luar biasa. Hari Sabtu dari sekolah jam 11 aku langsung pulang dan melihat banyak hal yang selama ini luput dari pengamatanku langsung(selama ini hanya dengar dari kisah istriku). Rafa sungguh menyayangi adiknya Ella. Meski masih kecil ia menjaga adiknya saat nagis, mengambilkan pakaian adiknya saat pipis karena diminta mamanya, dan mengambilkan botol susu di meja untuk dibawa ke kamar. Rafa juga selalu ikutan seluruh kegiatan rumah. Saat mamanya mencuci ia ikutan mencuci, menyapu ikutan menyapu, mengepel ga mau ketinggalan mau ikutan, memasak ikutan memasak, menyeterika ikut menyetrika(dengan seterika mainan tentunya) dan ikutan belanja sayuran .

Sabtu sore, saat istriku memasak untuk makan sore aku melihat langsung Rafa ikutan memasak, memotong kacang panjang dan mengulek bumbu. wow...aku sampai terheran-heran dibuatnya. Mulanya mamanya hanya kasih 4 butir bawang putih di ulekan, trus dia tumbuk-tumbuk lalu dia ulek e... dia minta ditambahin garam dan bumbu-bumbu lain sambil teriak: mama...ayem...mama...ayem...mama. Aku tertawa tapi juga kaget. Wah anakku begitu cepat mengamati dan mempraktikkannya.
kekawatiranku yang berkecamuk sejak meninggalkan rumah pada Sabtu pagi akhirnya sirna. Apalagi Ella juga baik dan manis selama 4 hari. Tiga wanita di rumah saling bekerja sama meski tak ada papanya dan hanya di rumah bertiga.


Empat hari kita berempat bekerja sama: aku harus bangun lebih pagi dari biasanya, pukul 4:30 untuk bantuin cuci piring dan ngepel. Jadi saat anak-anak bangun rumah sudah bersih. Di rumah kita hanya berempat tapi aku menemukan sesuatu yang indah. I love you all.

Akhirnya RETRET juga

Akhirnya aku bisa retret setelah sekian tahun tidak pernah menjadi peserta retret. Seksi katekese dekenat Jakarta Barat II selalu retret tiap tahun dan sudah 4 tahun aku tidak bisa ikut karena benturan dengan sekolah. Begitu juga retret/ rekoleksi anggota dewan pleno di paroki kedoya aku juga gak bisa, lagi-lagi karena benturan dengan sekolah. Akhirnya tanggal 5-7 September ikut retret gelombang II. Pas banget. Pastor pembimbing retretnya sangat pandai, religius, sederhana, rendah hati, dan membawakan materi yang sulit, berat, dan tidak mudah menjadi sangat mudah dimengerti dan direnungkan. Thanks be to God. Banyak inspirasi, banyak kekayaan batin yang aku dapat dari retret ini. Aku jadi merasa berdosa sekali di hadapanNya, atas cinta_Nya yang seringkali aku anggap biasa saja. HIDUP ini menjadi suatu yang sangat berarti, HIDUP ini anugerah yang harus aku syukuri dan aku nikmati di hadirat_Nya, sehingga aku pada akhirnya menerima Sakramen Tobat, memohon ampun atas keberadaanku di hadapan_Nya yang seringkali kurang bersyukur.
Trima kasih Tuhan, Romo Pidyarto, dan juga sekolah yang memberi aku kesempatan ikut retret gelombang 2.

Senin, 08 September 2008

Mengenang WYD 2008




Puji Tuhan, sekolah memilih saya mendampingi kelompok Ursulin Indonesia dalam World Youth Day Sydney 2008. Bersama Ibu Pandiangan, Ibu Paula dari BSD, Ibu Yohana dari Theresia, Reza dan Dewi dari All Season tour, saya bersama anak-anak mengikuti serangkaian acara WYD 2008. Suatu pengalaman peziarahan yang luar biasa. Bertemu dengan anak muda dari seluruh penjuru dunia dengan antusiasme mereka, mengikuti katekese: memperdalam iman, merayakan Ekaristi bersama Paus, mengikuti malam tuguran, jalan salib, jalan kaki sekitar 10 km dengan beban backpack, dan lain-lain.


Bagi saya ini merupakan peziarahan iman yang mendalam. Liturgi yang indah: perpaduan antara musik klasik dan modern, solis yang memiliki suara merdu seperti malaikat, tarian Aborigin, dan bahasa yang beragam.


Melihat kekompakan dan kebersamaan anak-anak Ursulin Indonesia menambah makna peziarahan saya di Sydney.


Trima kasih atas "desakan istri tercinta" sehingga saya yang semula ga mau ikut akhirnya mau ikut, trima kasih juga untuk Sekolah yang memberi kesempatan pada saya, pada donatur, dan juga pada rekan guru yang ikut. Thank be to God.